Di malam sepi saat sendiri, penyakit penyair mulai kambuh...
perasaan mello menemani malam yang senyap, ditemani pelukan dingin sang gelap, dintip embun yang kadang timbul, beserta lembut semilir nya sang bayu...
Ditingkahi kepulan asap rokok bertubi mengusik sepi ( dan ini di protes buanyak orang karena masih ngrokok juga :) ) Seperti asap putih yang membubung melayang lalu memudar, kesadaranku ku pun lepas... melayang, menembus waktu, kembali ke masa lalu...
Dan aku pun melompat ke laptop yang masih menyala, dan mulai menulis...
Teringat berbagai kesempatan, dan sesal karena ketidakpedulian, membuat kesempatan itu terlewat,
Teringat saat indah, dan sesak karena berbagai tingah salah, sehingga keindahan itu harus berganti,
Teringat semangat memperjuangkan diri melakukan hal yang tak penting, dan melalaikan yang lain,
Teringat banyak waktu terbuang untuk hal yang tak perlu..
Kadang ku berfikir,
Seandainya waktu ter ulang, mungkinkah ku ambil langkah yang berbeda?
Sulit menggambarkan haru biru, sesak kesal, dan segala rasa menggambarkan yang telah berlalu. Tetapi kita memiliki hanya masa kini. Kata Master Oongway, "The Past is history, the future is mistery. What we have is right now. It is a gift, that's why we call it present."
So, segala rasa mello itu pun pelan-pelan tersingkir..
Dan ku putuskan menikmati saat ini, keberadaan ku saat ini,
Serta memberikan yang terbaik untuk saat ini..
Yang mudah-mudahan di masa datang tak kan ku sesali lagi..
Seperti setiap saat yang telah berlalu, dan setiap saat yang akan datang,
Semoga saat ini aku mengambil pilihan yang tepat, berusaha mengambil langkah yang benar, berjuang melakukan keputusan yang tepat...
Agar buah pilihanku ini,
'Kan kukenang sebagai keindahan dan keberuntungan di masa depan,
Bukan kukenang dalam sesal, dan pedih.
Karena sesungguhnya, kita adalah hasil rajutan dari masa lalu,
Dan gemilang masa depan, pelan-pelan kita rajut saat ini.
Hm... Aku tersenyum kecut saat menuliskan hal ini,
semudah itukah merajut masa depan gemilang? Begitu banyak pilihan, dan begitu terhimpit kita pada keharusan memutuskan. Meski tak ingin, kadang kaki tetap terayun melangkah. Bahkan untuk menggapai apa yang kita inginkan, batu, kayu dan halangan lain telah siaga menghadang di depan...
Perasaan yang terhimpit, rasa hati yang tertekan, emosi yang tak dapat menikmati saat, sehingga sulit merasa bahagia, adalah sebuah petunjuk bahwa arah kita salah. Bahwa tindakan kita tidak benar.
Dan butuh lebih dari sekedar tekad, untuk merubah ini semua. Sebuah langkah dan tindakan harus diambil....
Hhhh.... Sederhana, namun kompleks sekali, kalau kupikir.
Memang tidak semudah itu. Tapi setidaknya sebuah kesadaran untuk memutuskan yang benar, memilih yang tepat, adalah langkah awal..... Kan ?????
Jumat, 17 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar