Seorang kawan sharing di blog nya tentang kebingungannya akan tujuan hidup, dan keraguannya menentukan telah berada dimana posisinya dalam hidup saat ini. Share ini menggodaku untuk kembali bertanya pada diriku, dan terus bertanya lagi... lagi... dan lagi....
Hasilnya aku teringat, apa cita-cita ku waktu kecil, yang berubah waktu Sekolah, dan kembali berubah waktu kuliah, dan berubah lagi setelah kerja, dan detail strateginya beda lagi setelah kerja sekian lama… plin plan? Mungkin.. Tetapi ada benang merah besar : Menjadi orang berguna yang karya kasihnya dihargai.
Tapi kembali ku bertanya apakah cita-cita adalah merupakan tujuan hidup yang sesungguhnya? Saat ini, aku berada di posisi yang aku telah cita-citakan dalam 7 tahun terakhir, dan aku tidak merasa telah mencapai apa-apa, biasa aja tuh.. Bahkan aku tidak merasa telah menemukan kemapanan. Mungkin karena faktor diriku yang gak bisa ngerasa mapan, atau karena hal lainnya.
Merenungkan ini, timbul pertanyaan sederhana, kalau cita-cita sudah teraih, so what? Yah gak ada apa-apa, merasa senang sebentar setelah itu kembali melanjutkan hidup. This is the point, setelah semua yang kita impikan tercapai, kita pasti merancang mimpi baru, dan begitu seterusnya, nggak ada habis. Lalu tujuan hidup ??? Hehehehe...
Pada akhirnya aku menemukan sesuatu. Tujuan = Finish. Dan garis finishnya orang hidup, ya mati. Lha berarti tujuan hidup kita adalah mati... Hehehehe.... Buat mereka yang percaya ada hidup setelah mati, lebih mudah mengerti hal ini. Tapi dalam bahasa yang lain, menurutku tujuan hidup adalah bersenang-senang bertualang, menikmati segala yang disajikan kehidupan dengan tangan terbuka dan dada lebar, hingga ajal menjemput. Lalu kita kembali ke alam asal kita. Yang mana mudah-mudahan kita diselamatkan, dan hidup mulia di surga sana.
Lha, ngglethek pethel... Terus hidup cuma di lalui saja sampai mati, begitu? So, Can you tell me the other, guys? hehe... Terus dimana senang-senangnya? Pertama aku ingin membedakan senang dengan bahagia, fun dengan happy. Cari senang mah gampang, asal ada uang dan atau kreatifitas, pasti dapat senang. Yang susah mengejar bahagia. Banyak yang bertanya..
Setelah berjalan menghabiskan umur sekian lama, aku menemukan bahwa bahagia tidak ada didepan sana menunggu kita mencapainya. Karena setelah semua yang kita inginkan tercapai, belum tentu kita bahagia, bahkan banyak yang jadi sepi dan kehilangan kawan/keluarga.
Bos gua, DA, ngasih buku bagus, Repackage Your Life. Buku ini mengingatkan dimana menemukan bahagia. Bahagia bukanlah sebuah tujuan, seperti yang kubahas di atas, bukan pula hasil sebuah pencapaian. Bahagia adalah keputusan. Keputusan untuk merasakan. Keputusan untuk membuang dan melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan, kemampuan untuk menjaga perasaan tetap stabil, di frekwensi bahagia... Disinilah tantangan dimulai.
Tinggal di apartemen mewah belum tentu lebih bahagia daripada tinggal di gubug bambu, naik mobil terbaru belum tentu ngalahin bahagianya yang naik sepeda hasil nabung 7 bulan.
Nah lho, terus yang membedakan apa? Hal apa yang memancing kita supaya selalu ada di frekwensi bahagia... Kalo ingat bahagia adalah keputusan, jadi kuncinya adalah kesadaran. Yang akan membuat kita sanggup mengambil keputusan benar tentang apa yang harus dirasa. Dan kondisi yang memudahkan kebahagiaan datang adalah kemampuan bersyukur, menerima keadaan, dan rela tetap melangkah dengan senyum.
Dan kalau dipikir-pikir, dongengan orang tua-tua dulu juga gak jauh-jauh dari ini..
So, inilah buah pikir hari-hari ini, semoga bermanfaat,
Dan menjaga rekan yang jomblo tetap bahagia, yang gagal pun tetap bahagia, yang sedih bisa memutuskan perasaan menjadi bahagia.. Berbahagialan, karena Allah telah mengaruniakan begitu banyak hal dan kemampuan sebagai sarana membuat kita bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar